Di era digital ini, media sosial menjadi sumber informasi yang tak pernah tidur. Setiap detik, ada berita baru, komentar, atau konten yang membanjiri layar kita. Namun, di balik kecepatan arus informasi tersebut, muncul sebuah kebiasaan yang diam-diam merugikan kesehatan mental banyak orang: doomscrolling.
Fenomena ini bukan lagi hal asing bagi pengguna internet masa kini. Banyak yang mengalaminya, sadar atau tidak. Tapi pertanyaannya, apa itu doomscrolling, mengapa kita terjebak di dalamnya, dan bagaimana cara berhenti sebelum kesehatan mental kita terganggu? Mari kita bahas lebih dalam.
Apa Itu Doomscrolling?
Doomscrolling adalah istilah yang merujuk pada kebiasaan terus-menerus menggulir (scrolling) media sosial atau platform berita untuk mengonsumsi informasi negatif—seperti krisis, bencana, konflik, atau isu-isu sosial yang mengkhawatirkan—meskipun konten tersebut memicu kecemasan, ketakutan, atau stres.
Baca Juga :
Fenomena ini melonjak saat pandemi COVID-19, ketika orang merasa terdorong untuk terus-menerus mengikuti perkembangan kasus, kebijakan, dan kabar duka. Namun hingga kini, kebiasaan ini masih melekat kuat, bahkan makin parah seiring banyaknya isu global dan nasional yang bermunculan setiap hari.
Mengapa Doomscrolling Terjadi?
Ada beberapa alasan psikologis mengapa doomscrolling begitu sulit dihentikan:
1. Insting Bertahan Hidup
Otak manusia secara naluriah tertarik pada informasi yang berkaitan dengan ancaman atau bahaya. Kita merasa perlu “tetap update” demi keamanan, meskipun itu membuat kita gelisah.
2. Rasa Tak Berdaya dan Kecanduan Kontrol
Dalam situasi krisis, kita sering merasa tak berdaya. Membaca lebih banyak berita memberi ilusi bahwa kita sedang “mengendalikan” keadaan, meskipun sebenarnya tidak banyak yang bisa kita lakukan.
3. Algoritma Media Sosial
Platform digital dirancang untuk menjaga kita tetap berada di dalamnya. Konten yang memancing emosi—termasuk rasa takut dan marah—cenderung mendapat lebih banyak perhatian dan interaksi, sehingga terus muncul di beranda kita.
4. FOMO (Fear of Missing Out)
Takut tertinggal informasi juga mendorong kita untuk terus membuka Twitter, Instagram, TikTok, atau Reddit, bahkan di tengah malam. Rasanya, kalau kita tidak tahu apa yang terjadi, kita akan ketinggalan zaman atau tidak relevan.
Dampak Negatif Doomscrolling
Meski terasa seperti aktivitas pasif, doomscrolling ternyata membawa dampak serius bagi kesejahteraan psikologis kita, antara lain:
- Kecemasan dan stres kronis
- Gangguan tidur
- Menurunnya produktivitas
- Burnout emosional
- Perasaan putus asa dan ketidakpercayaan terhadap dunia
Dalam jangka panjang, doomscrolling bisa memperburuk gangguan kesehatan mental seperti depresi dan anxiety disorder. Maka dari itu, penting untuk mengenali kapan kita sudah melewati batas.
Tanda-Tanda Kamu Terjebak Doomscrolling
Coba periksa beberapa hal berikut:
- Kamu merasa lelah mental setelah membuka media sosial.
- Kamu sulit berhenti menggulir meski sudah larut malam.
- Kamu merasa cemas, takut, atau marah setelah membaca berita.
- Kamu merasa wajib membaca semua komentar atau perkembangan terbaru.
- Kamu bangun tidur dan langsung membuka HP untuk mencari kabar buruk.
Jika kamu menjawab “ya” pada beberapa poin di atas, bisa jadi kamu sedang mengalami doomscrolling.
Bagaimana Cara Berhenti?
Berhenti dari doomscrolling bukan berarti kamu harus menutup mata dari realitas dunia. Yang dibutuhkan adalah pengelolaan informasi yang sehat. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba:
1. Tetapkan Batas Waktu
Gunakan fitur “screen time” atau “digital wellbeing” untuk membatasi waktu penggunaan media sosial. Misalnya, hanya 30 menit di pagi hari dan 30 menit di malam hari.
2. Pilih Sumber Informasi Terpercaya
Alih-alih bergantung pada media sosial yang tak terkurasi, ikuti media berita resmi yang menyajikan informasi dengan akurat dan netral. Batasi jumlah sumber agar tidak overload.
3. Unfollow atau Mute Akun Pemicu
Jika ada akun atau topik yang membuat kamu cemas, tak ada salahnya untuk mute, unfollow, atau bahkan blokir sementara. Kesehatan mentalmu lebih penting daripada sekadar “update”.
4. Ganti Kebiasaan dengan Aktivitas Positif
Saat tergoda doomscrolling, alihkan perhatian ke aktivitas lain seperti membaca buku, berjalan kaki, menulis jurnal, atau mendengarkan musik. Kebiasaan baru ini bisa membantu otak “istirahat” dari beban informasi.
5. Praktikkan Mindfulness
Latih kesadaranmu untuk hadir di saat ini. Sadari kapan kamu mulai merasa gelisah karena terlalu banyak informasi. Tarik napas, letakkan ponsel, dan beri waktu untuk menenangkan diri.
6. Jadwalkan Waktu Bebas Digital (Digital Detox)
Cobalah satu hari dalam seminggu tanpa media sosial. Gunakan hari itu untuk beraktivitas tanpa gangguan digital—bertemu orang terdekat, berkebun, atau melakukan hobi.
Kesimpulan
Doomscrolling adalah kebiasaan modern yang timbul akibat kelebihan informasi dan akses tanpa batas. Meskipun dilandasi keinginan untuk “tetap tahu”, justru ia sering membuat kita kewalahan dan cemas. Untuk itu, penting bagi kita untuk menyadari pola konsumsi informasi dan mulai membangun hubungan yang lebih sehat dengan media sosial.
Kita tidak perlu tahu segalanya, setiap saat. Kadang, menjaga ketenangan batin jauh lebih penting daripada mengejar berita terbaru. Dengan kesadaran dan langkah-langkah sederhana, kita bisa keluar dari jebakan doomscrolling dan kembali fokus pada hidup yang lebih seimbang.